PRIA IMPIAN WANITA
Hudzaifah - Pendiam. Murah senyum. Lebih sering mendengar ketimbang
berbicara. Tapi, sekali berkata, banyak orang terpengaruh. Juga terperangah.
Pertama kali saya berkenalan, ia nampak biasa-biasa saja. Saya mengoceh, bahkan
sok menggurui. Ia hanya diam dan menyimak.
Dalam banyak pertemuan, ternyata ia menjadi nara sumber. Jika tidak, selalu ada
waktu yang disediakan untuknya. Untuk memberikan kata-katanya. Artinya, ia
tergolong orang yang diminta bicara. Sambutan dan tanggapan darinya selalu
dinanti. Kata-katanya menyentuh. Sarat hikmah. Penuh perhitungan. Di sela-sela
kalimatnya, senantiasa mengalir satu dua ayat al Qur’an. Karena itu,
teman-teman tiada pernah bosan mendengarkannya berbicara. Sekarang barulah saya
sadar, ternyata dia orang hebat. lelaki impian.
Mendengar azan, tubuhnya langsung melesat menuju sumber
bunyi. Apapun kondisinya. Dengan gagah ia duduk bersimpuh di shaf terdepan.
Tangannya memegang mushaf. Matanya menatap tajam ke setiap ruas-ruas ayat.
Khusyu’.
Di sisi lain, berkumpul padanya sumber-sumber ancaman. Fitnah.
Ia memiliki kesenangan dunia yang menggiurkan. Dan, menggoda. Betapa tidak,
wajahnya tampan. Anak orang kaya. Bapaknya pejabat negara. Termasuk salah satu
jajaran elit pemerintahan. Ditambah otaknya yang cerdas. Bicaranya memukau dan
menyentuh. Dengan semua itu, surga dunia menghampar di hadapannya. Pintu
popularitas terbuka lebar. Dalam kamus kehidupan, betapa semua nikmat ini
sangat potensial menutup akselerasi hidayah. Segala kemungkinan-kemungkinan
untuk terhalang dari hidayah ada pada dirinya.Tapi, ia tetap ia.
Semua gelombang fitnah itu dialihkannya ke dalam
pintu-pintu hidayah. Seringkali rekan dan adik-adiknya tersadar dengan sikap
dan kepribadiannya. Walau ada kekurangan, kita perlu melihat sisi positif
padanya. Pada siapa saja. Agar muhasabah lebih dominan dari hujatan dan kritik.
Dalam sejarah, Mush’ab bin Umair ra. terpilih menjadi
delegasi pertama Rasulullah Saw. Ia mendapat kehormatan menghandle
tugas Nabi di Madinah, menjadi duta luarbiasa dan berkuasa penuh. Ternyata ia
diutus bukan karena retorika ansich. Ada yang menarik dari perjalanan
hidupnya. Yakni, proses berislamnya yang mengagumkan. Sahabat ini termasuk
orang-orang yang berani mengambil keputusan hijrah. Berani berubah. Dan, siap
sabar menjalani masa peralihan. Lalu, dengan tegap merubah haluan kehidupannya.
Padahal, sebelum hijrah, segala fasilitas duniawi terbentang untuknya. Karena
hijrah, ia pun terhormat.
Lalu, kita mengenal sosok Uwais al-Qorniy. Lelaki yang
takut terkenal. Kita dapati keterbatasan yang dimilikinya tidak mampu meredam
antusias Umar al-Faruk yang selalu mencari-cari keberadaannya. Umar
merindukannya. Walau ia sangat sederhana dan terbatas. Sayangnya, orang seperti
Uwais sulit terdeteksi. Bisa jadi hanya orang seperti Umar saja yang mampu
melihat dan menghormati sosok seperti Uwais.
Kita dan umat ini begitu membutuhkan pasokan orang-orang
seperti mereka. Mereka begitu handal menceramahi kita dengan kenyataan. Dengan
qudwah. Pesan-pesan sampai tidak melalui kata-kata. Atau, selaras dengan
ungkapan Muhammad Ahmad Rasyid, "rijâl
yutarjimûn al maqâl".
Wasslam,
desaadha.blogspot.co.id
Dinukil dari : SINAI online - http://www.sinai.cjb.net
0 komentar:
Posting Komentar