Hikmah
Penciptaan Laut
Laut itu sebagian besar
permukaan bumi, kira-kira tiga perempat bagian. Sifat-sifat air laut
itu berbeda dengan tanah diantaranya, air mudah mengalir dari satu
tempat ketempat yang lain. Temeratur air adakalanya rendah. Air laut
baik sekali untuk memantulkan sinar matahari. Oleh sebab itu
temperatur air laut pada umumnya tinggi. Tidak begitu panas di siang
hari dan tidak begitu dingin di malam hari. Perbedaan temperatur
antara siang dan malam di laut tersebut hanya 2o Celcius.
Menurut pendapat orang
yang ahli dalam bidang kelautan itu, sudah begitu keadanya sepanjang
masa, tidak mengalami perubahan sejak berjuta-juta tahuan yang lalu.
Lain halnya daratan yang terdiri dari gunung-gunung dan
lembah-lembah. Dari dalam tanah tumbuh kayu kemudian berbuah menjadi
tanah kembali. Akan tetapi laut tidak mengalami perubahan. Menurut
penelitian, laut yang paling dalam sama halnya dengan gunung yang
paling tinggi. Ada laut yang dalamnya sampai 30.000 kaki.
Menurut keterangan seoang
penulis yaitu George Aip Kusto, yaitu berhasil membuka
rahasia kedalaman laut pada tahun 1956 dengan mempergunakan gambar
yang bisa ditangkap oleh fotografy.
Sekarang perhatikan dan
pikirkanlah bagaimana Tuhan menciptakan mutiara itu tersimpan dalam
kulitnya yang keras dibawah air. Perhatikan pula bagaimana Tuhan
menumbuhkan batu marjan dari dalam batu karang, selanjutnya
perhatikan juga yang lain berupa ambar dan berbagai benda indah yang
amat banyak macamnya, yang tersimpan dalam lautan dan dapat
dikeluarkan dari situ. Seterusnya lihatlah pada kapal-kapal yang
dapat berjalan di atas air dengan membawa beratus-ratus bahkan
beribu-ribu penumpang untuk mengarunggi lautan tersebut meuju tempat
yang dikehendaki
oleh masing-masing
penumpang itu. Ada yang tujuan berdagang, mencari ilmu pengetahuan,
mecarai kekayaan, bertamasya dan lain-lain. Dan ada juga diantaranya
ada yang khusus membawa mutan yang berat. Semua itu tentulah dengan
kekusaan dan ijin Allah SWT.
Lebih hebat lagi dari
keajiban semua itu ialah air. Ya, air yang ada di lautan tersebut.
Bukankah itu hanya berasal dari setetes air juga, tetapi setelah
terkumpul menjadi satu dan merupakan alunan ombak yang dahsyat serta
gelombangnya bagaikan gunung tinggi. Inilah yang paling tampak
kaajaibannya.
Sekarang telah diketahui
orang bahwa ombak yang bergerak bisa mempunyai kekuatan sembilan ribu
(9000) kali kekuatan kuda. Pada tahun 1872 di Skotlandia pernah
terjadi ombak yang dapat menjungkirbaliakan besi yang beratnya dua
ribu ton. Pada tempat yang lain pernah pula terjadi ombak yang dapat
melemparkan batu yang beratnya 175 kati setinggi 100 kaki dari
permukaan laut.
Pada tahun 1737 di
pelabuhan pandu Haj, ombak telah membunuh 300.000 orang yang berada
di tempat tersebut dan menenggelamkan 20.000 perahu.
Perhatikan pula air laut
yang berasal dari setetes air itu. Bukankah itu hanya benda cair yang
berkumpul dari antara sekian banyak atomnya, lalu menjadi satu yang
pelik sekali susunannya, tetapi muadah untuk dipish-pisahkan. Dengan
air itulah tergantung kehidupan segala yang ada di permukaan bumi,
baik yang berupa binatang dan tumbuh-tumbuhan. Cobalah kalau
seseorang membutuhkan seteguk air, apakah yang hendak diperbuatnya,
jika ia memiliki harta segudang di dunia ini...? rasanya seluruh
harta dan kekayaanya akan dibelanjakan hanya untuk memperoleh seteguk
air tersebut. Seluruh harta karunya pasti rela di belanjakan untuk
minumnya,sekalipun meliputi seluruh gudang bumi.
Oleh sebab itu cobalah
renungkan kembali betapa keajiban lautan itu, semua berupa air yang
bagi seseorang sedang berada di tengah samudra itu hanya airlah yang
tampak kemana saja ia menharahkan pandangannya. Dari lautan, lihatlah
pula sungai, danau, telaga dan sampai ke air terjun, besar dan kecil,
seterusnya mata air asli serta buatan semacam perigi dan yang
lainnya. Unuk itu membutuhkan waktu yang panjang sekali guna
mengadakan penyelidikannya.
Waallahu 'alam bishawab,
Dinukil dari kitab al-Hikmah wal
Fikrah
(Imam Al-Ghazali)
Wassalam,
Desiadha,
Kuningan, Indonesia 2013
1 komentar:
tabah lagi donk artikelnya...
Posting Komentar